Uji Coba Ujian Nasional Tahap 2 ( Try Out )

    Alhamdulillaah, hari ini tadi tanggal 25 Pebruari 2013 mulai berlansung Uji Coba Ujian Nasional tahap yang ke dua. Anak-anak SMPN 2 Jumantono juga termasuk yang mengikuti ulangan tersebut. Secara umum semua berlangsung lancar dan tertib. Jadual jam pertama mapel yang diujikan Bahasa Indonesia, jam ke dua Bahasa Inggris. Hari pertama tadi anak-anak terlihat bisa mengerjakan dengan lancar. 
      Uji Coba Ujian Nasional tahap yang ke dua berlangsung dua hari, selama dua hari anak-anak menjalani ujian tersebut.
Inilah suasana hari pertama Uji Coba Ujian Nasional tahap yang ke dua yang ada di ruang 3 SMPN 2 Jumantono yang baru saja selesei dilaksanakan.

AYEF Kembangkan Bahasa Inggris Lima Jari

Anak-anak-belajar-bahasa-InggrisRumah Bahasa Aceh Youth English Forum (AYEF), sebuah komunitas bahasa di Kota Banda Aceh, mengembangkan metode pengajaran bahasa Inggris lima jari.
“Pengembangan metode pengajaran lima jari ini memudahkan peserta didik menguasai bahasa Inggris dalam waktu singkat,” kata Fachru Razi, pendiri Rumoh Bahasa AYEF di Banda Aceh. Untuk tahap awal, AYEF melatih 30 peserta ajar bahasa Inggris dari berbagai kalangan, baik mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. “Hasilnya cukup menggembirakan, dalam seminggu mereka mampu berbicara bahasa Inggris,” ujarnya.
Tujuan pengembangan metode pengajaran lima jari ini untuk menjadikan bahasa Inggris bahasa sekunder, selain bahasa Indonesia dan bahasa Aceh di provinsi ini, kata Fachrul Razi. Metode lima jari ditemukan Drs Syahban Ahmad MM, putra Aceh yang menetap di Jakarta. Metode pengajaran ini ditemukan 29 tahun silam dan sudah dipatenkan.
“Banyak yang berhasil menguasai bahasa Inggris dalam waktu singkat setelah belajar dengan metode lima jari ini. Karena itu, kami berupaya mengembangkan teknik pengajaran seperti ini,” kata Fachrul Razi. Sementara itu, Syahban Ahmad mengatakan metode belajar bahasa Inggris ini digagas ketika dirinya mengajar kelas privat pada 1983 di Jakarta. Saat itu, banyak peserta didiknya ingin menguasai bahasa Inggris dalam waktu singkat.
“Dari keinginan itu, saya mencoba mendalami bagaimana caranya mengajarkan bahasa Inggris dalam waktu singkat. Akhirnya tercetus metode lima jari tersebut,” ungkap Syahban.
Metode lima jari ini mulai dikembangkan ketika dirinya pulang pascatsunami 26 Desember 2004. Selama di Aceh, Syahban menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, termasuk dengan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. “Inti pengajaran metode ini, peserta didik diingatkan tidak menghafal, tetapi mengingat kosakata bahasa Inggris. Dalam mengajar, saya menekankan disiplin dan percaya diri kepada peserta didik,” kata Syahban Ahmad.


Sumber : Redaksi dan Republika.co.id

8 Tips Mengingat Kata Baru dalam Bahasa Asing

Bahasa-JermanSaat kita mencoba mempelajari suatu bahasa asing, banyak yang mengeluh tidak bisa mengingat kata-katanya dengan baik. Mengingat kata-kata bisa menjadi suatu hal yang sangat sulit, apalagi bagi orang dewasa yang pikirannya sudah penuh dengan urusan pekerjaan, keluarga dan tanggung jawab lainnya. Untuk bisa “nyambung” dalam pembelajaran suatu bahasa dibutuhkan perbendaharaan paling tidak 120 kata. Namun, itu bukan hal yang sulit jika Anda mengikuti 8 tips dari pengajar EFL di Korea Selatan, Anne Merritt, berikut ini;

1. Buat target yang realistis
Lupakan daftar perbendaharaan kata yang panjang atau membaca kamus. Para ahli mengatakan bahwa orang biasanya belajar 10-20 kata per waktu belajar. Jika Anda menyediakan waktu khusus untuk belajar bahasa asing selama 15 menit per hari, maka cobalah untuk menetapkan target menguasai 20-25 kata atau frase setiap minggunya. Hanya butuh enam minggu untuk bisa menguasai 120 kata atau frase yang perlu diingat.
2. Lakukan klasifikasi
Belajar sejumlah kata atau frase yang tidak berhubungan dalam satu hari mungkin agak sulit. Cobalah fokus pada tema-tema tertenty setiap minggunya. Pikiran kita akan mengelompokkan kata atau frase yang berhubungan secara alamiah dan melakukan klasifikasi informasi dengan baik.
3. Hindari lawan kata
Sangat logis jika belajar kata yang berlawanan secara bersamaan. Namun, lebih baik tidak demikian. Pasalnya, Anda akan tergoda untuk menggunakan lawan katanya pada waktu Anda ingin menggunakan suatu kata. Sebaliknya, pelajari dulu kata-kata yang sifatnya lebih umum. Setelah itu bisa diingat dengan baik berikut padanan artinya, mulailah pelajari lawan katanya.
4. Membedah kata-kata yang baru didengar
Ketika menemukan kata baru, lihatlah struktur katanya. Banyak kata terdiri dari prefiks dan sufiks, dan pemahaman yang tepat terhadap struktur kata tersebut sangatlah menguntungkan. Contohnya katadésagréable di bahasa Perancis. Kata ini mengandung prefiks dés- dan sufiks kata sifat -able. Mempelajari afiks dapat membantu Anda untuk memahami konjugasi dan struktur dan mudah mempelajar kata-kata lain yang baru ditemukan.
5. Baca, baca, baca
Membaca akan membantu Anda mengingat kembali perbendaharaan kata Anda dan melihat penggunaan kata-kata tersebut dalam kalimat dan konteks baru. Salah satu sumber pembelajaran yang sangat baik dalam menguasai bahasa asing adalah melalui bahan bacaan sesuai tingkatan orang yang belajar. Sumber lainnya yang baik adalah iklan atau menu di restoran.
6. Visualisasikan
Salah satu trik yang tepat untuk menguasai kata baru adalah dengan Keyword Method. Gambarkanlah kata yang baru Anda ketahui itu dalam bahasa tersebut, visualisasikan dalam bentuk gambar atau adegan. Contohnya, dalam perjalanan ke Moskow, saya mengingat kata sapaan baru dalam bahasa Rusia, yaitu “Zdravstvujtye” dengan visualisasi seekor burung pemakan bangkai. Visualisasi ini tampaknya abstrak, konyol dan sedikit memalukan, namun itu bekerja. Saya lebih mudah mengingat kata itu.
7. Fokus pada frase
Ahli bahasa Michael Lewis mendorong belajar bahasa melalui konteksnya di seuatu kalimat daripada mengingat arti kata per kata. Komunikasi sehari-hari, misalnya dalam bahasa Inggris, biasanya menggunakan frase-frase sederhana, seperti “turn left”, “just a minute”, dan “nice to meet you”. Ketika baru mempelajari suatu bahasa, ingatlah frase-frase sederhana yang ada dan Anda sudah akan memiliki segudang kata untuk berdialog tanpa tertekan karena mencoba menyambung kata demi kata yang diingat.
8. Review lebih sering
Dalam kelas belajar perbedaharaan kata, kata-kata yang sudah diingat kemarin lebih penting daripada kata-kata yang dipejari hari ini. Tujuannya adalah mentransfer memori jangka pendek Anda tentang kata-kata baru ke memori jangka panjang. Review atau mengingat ulang sangat esensial, terutama dalam beberapa hari atau minggu pertama Anda belajar kata-kata yang baru. Buku teks bahasa dan program online yang baik biasanya menggunakan metode ini.


Sumber : Redaksi dan Kompas.com

Teknologi Pengolahan Air Minum Masih Konvensional

TeknologiPilihan teknologi pengolahan air minum yang digunakan saat ini masih tergolong konvensional. Bangunan instalasi pengolahan air minum yang digunakan didesain dan dibangun berdasarkan kualitas air baku pada 15-40 tahun yang lalu. Teknologinya hanya mempertimbangkan parameter kekeruhan. Demikian diungkapkan Djoko Mulyo Hartono saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Lingkungan di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok. Pengukuhan Prof Djoko Mulyo Hartono bersamaan dengan pengukuhan Prof Dedi Priadi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Metalurgi Mekanik dan Prof Harinaldi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Termofluida. Upacara pengukuhan dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar Univer sitas Indonesia Prof Biran Affandi. Djoko mengemukakan, air permukaan sebagai sumber air baku memiliki kuantitas paling besar dibandingkan mata air, air hujan, dan air tanah. Namun, kualitas air permukaan saat ini semakin buruk. Bahkan, melampaui nilai standar air baku untuk air minum yang diizinkan. Dalam pidatonya yang berjudul Perlindungan Air Permukaan sebagai Sumber Air Baku Air Minum dan Tantangannya dalam Menghadapi Perubahan Iklim , Djoko mengatakan, adanya pemukiman sepanjang aliran sungai, erosi, bertambahnya sedimentasi, adanya kandungan bahan kimia, kelebihan gizi, penyebaran penyakit, kekurangan oksigen adalah beberapa masalah yang ada pada air permukaan. Akibatnya, terjadi penurunan kualitas air permukaan.
Penurunan kualitas air permukaan ditandai dengan peningkatan kekeruhan, pembuangan dan penumpukan sampah, pendangkalan badan air, penyempitan badan saluran, serta pengelolaan air permukaan yang belum terkoordinasi dan terintegrasi.
Djoko mengatakan, tingkat kekeruhan air saat ini sudah melampaui batas 1.000 NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Bahkan, pada musim hujan bisa mencapai 15.000 NTU. Namun, teknologi yang ada hanya mampu mengolah air dengan tingkat kekeruhan 5 NTU sampai 1.000 NTU. Adapunkadar maksimum yang diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan adalah 5 NTU. Menurut Djoko, implikasi dari tingginya tingkat kekeruhan air baku adalah menambahkan unit bangunan pada bangunan instalasi pengolahan air untuk menurunkan kekeruhan. Bangunan tambahan yang dipilih harus memiliki bangunan prasedimentasi, bangunan aerasi, dan unit pengolahan lumpur.
Sebelumnya, pada acara yang sama, Dedi Priadi menyampaikan pidato berjudul Peranan Teknologi Pembentukan Logam dan Pemanfaatan Material Baja dalam Industri Manufaktur Logam Indonesia. Dedi mengatakan, industri logam dasar Indonesia di perdagangan internasional terus meningkat dengan persentase rata-rata nilai ekspor hampir 60 persen. Sementara itu, Prof Harinaldi memaparkan pidato berjudul Teknik Kontrol Aliran pada Rekayasa Termofluida dalam Menghadapi Tantangan Global Penghematan Energi . Menurut Harinaldi, berbagai teknologi kontrol aliran menjadi pilihan strategis di berbagai aplikasi dan peralatan teknik. Hal itu terkait dengan emisi gas dengan efek rumah kaca yang diperkirakan akan meningkat sebesar 57 persen pada 2030. Prof Biran Affandi mengatakan, jumlah guru besar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia bertambah menjadi 42 orang dengan pengukuhan ketiga guru besar tersebut. “Jumlah guru besar di UI saat ini adalah 250 orang,” katanya.


Sumber : Redaksi dan Kompas.com

10 Kota dengan Internet Tercepat di Dunia


Internet saat ini telah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat global. Kecepatan internet yang memadai tentu saja akan memuaskan para penggunanya.

Beberapa kota di dunia tercatat punya kecepatan internet luar biasa. Menurut laporan terbaru mengenai kecepatan internet global dari Akamai, kota-kota di Asia sangat mendominasi.

Kota-kota mana saja dengan kecepatan internet paling ngebut? Berikut daftarnya seperti dikutip dari catatan Akamai.


Yokohama - 12,8 Mbps



Yokohama termasuk kota terbesar di Negeri Sakura, dengan penduduk kedua terbanyak sejumlah 3,7 juta jiwa. Yokohama saat ini menjadi kota pelabuhan yang sangat sibuk dengan infrastuktur kelas atas.


Kanagawa - 13,3 Mbps



Kanagawa adalah sebuah perfektur di Jepang yang masuk region Greater Tokyo Area. Jumlah populasinya termasuk padat dengan penduduk sekitar 8,9 juta jiwa.


Tokai - 14,1 Mbps



Tokai adalah kota yang juga terletak di Jepang. Kota ini termasuk wilayah pinggiran di Negeri Sakura itu. Pemerintah setempat mengoperasikan beberapa pusat teknologi nuklir di sini.


Shimotsuma - 14,4 Mbps



Posisi ketujuh dipegang juga oleh kota di Jepang yang bernama Shimotsuma. Kota yang terletak di wilayah Ibaraki ini didirikan pada 1 Juni 1954.


Suwon - 14,8 Mbps



Posisi keenam kota dengan internet paling ngebut sedunia dipegang wilayah di Korea Selatan. Yaitu Suwon, kota pendidikan di Korea Selatan. Sekitar 14 universitas bermarkas di kota ini.


Seoul - 17,8 Mbps



Ibu kota Korea Selatan ini adalah kota metropolitan yang sibuk. Infrastuktur teknologinya pun sudah sangat maju. Seoul juga menjadi markas perusahaan raksasa Korsel seperti Samsung, Hyundai, dan LG.


Anyang - 18,3 Mbps



Anyang adalah adalah kota satelit Seoul dengan populasi sekitar 630 ribu jiwa. Kota terbesar ke-15 di Korea Selatan ini terletak sekitar 21 kilometer di Selatan Seoul.


Kimchon - 18,5 Mbps



Kimchon terletak di propinsi North Gyeongsang, Korsel. Selain koneksi internet yang ngebut, kota ini juga punya sarana transportasi kereta canggih dan menjadi rute yang sibuk di antara kota Busan dan Seoul.


Taejon - 20,7 Mbps


Taejon atau Daejeon juga merupakan pusat ilmu dan teknologi di Korea Selatan. Kota dengan populasi sekitar 1,5 juta jiwa ini memiliki Daedeok Science Town, sebuah area dengan lebih dari 2.000 institusi riset.


Taegu - 21,8 Mbps



Kota di Korea Selatan ini punya kecepatan internet rata-rata tertinggi di dunia. Taegu adalah metropolitan terbesar keempat di negeri Ginseng tersebut, dengan jumlah penduduk mencapai 2,5 juta jiwa. Taegu memang dikenal sebagai pusat industri teknologi tinggi.



Sumber: http://hajingfai.blogspot.com/2012/12/10-kota-dengan-internet-tercepat-di.html#ixzz2LLkLQvhW

Laboratorium Bahasa

Alhamdulillaah....
Inilah Laboratorium Bahasa kita, SMPN 2 Jumantono. Hari ini sudah mulai dipergunakan pembelajaran. Semoga bisa lebih memotivasi anak-anak lebih semangat belajar lagi, aamiin....



Tips Agar Semangat Belajar Tidak Kendor !!

Bagi siswa – siswi yang merasa sulit untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya, ada beberapa tips yang dapat membantu mempertahankan semangat belajar yang tinggi.
Semangat belajar bukan hanya ketika menjelang ujian sekolah saja, akan tetapi semangat belajar harus terus dipupuk dari seja usia kanak-kanak hingga usia menjelang tua.
Beberapa Tips semangat belajar yang bisa di terapkan di antaranya yaitu :
1. Buat Target
Buat target jangka panjang dan menengah,target jangka panjang yaitu anda ingin menjadi apa atau apa cita-cita anda dan sebagainya. Target jangka menengah yaitu apa yang ingin anda capai dalam 5 tahun atau 7 tahun mendatang, misalkan anda ingin target dalam 5 tahun menjadi seorang professor,maka anda harus focus dan membuat target sebaik mungkin.
2. Buat target target antara
Maksud nya yaitu sasaran lompatan kecil yang menuju ke target jangka menengah dan panjang. Misalkan di dalam sekolah tidak boleh ada mata pelajaran yg di ulang atau remedial, dan contoh lain sebagainya.
3. Pasang target di kamar
Agar selalu di ingat semua target yang anda inginkan, maka lebih baik target anda tersebut di tempel di dinding atau di buat hiasan kamar atau madding kecil di kamar, agar selalu anda lihat dan di ingat ok.
4. Memberi tanda bacaan
Agar semangat anda saat membaca menjadi lebih asyik,maka di dalam tulisan atau buku bacaan anda di beri tanda catatan atau stiker agar mudah di baca ulang dan lebih menarik. Dan anda juga bisa langsung tahu bagian mana yang penting ketika mulai membaca.
Sumber : Redaksi, Informasipendidikan.com , dan anneahira.com

Ganti Kurikulum, Ganti Apanya?

Ganti menteri, ganti kurikulum. Mengapa harus diganti? Apanya yang diganti? Untuk jawab pertanyaan ini, perlu data akurat serta kajian khusus. Lantas, setujukah Anda dengan perubahan kurikulum? Ini bisa panjang pula diskusinya. Apalagi kalau setiap orang bebas ungkap argumentasinya. Faktor subjektivitas akan menggiring kita berdebat kusir, soal lain yang bisa jadi tak menjawab persoalan utama. Karena kontraproduktif, hindarilah.  Penting, apapun perubahan kurikulum yang hendak digagas, kita mesti bersungguh-sungguh dalam proses implementasinya. Satu prinsip, perubahan kurikulum mesti berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Tak ada kompromi untuk soal kualitas pendidikan.  Saya cukup tercerahkan ketika mencerna gagasan (Alm) Prof. Dr. Dedi Supriadi tentang relevansi pembaharuan kurikulum pendidikan. Dalam bukunya (2004) “Membangun Bangsa Lewat Pendidikan”, beliau memberikan landasan berpikir yang sangat fundamental dalam mengkaji isu pembaharuan kurikulum. Perubahan, itu sebuah keniscayaan. Yang jadi soal, sikap responsif atau reaktif yang jadi landasan bersikap. Meski diawali huruf yang sama ‘r’, “responsif” dan “reaktif” jelas beda maknanya.  Responsif, sikap yang dilandasi perhitungan matang. Inisiasi perubahan sudah diprediksi jauh-jauh hari. Sedangkan sikap reaktif sangat melelahkan diri sendiri. Mengapa? Bisa jadi kita berubah karena latah dengan pihak luar. Karena latah, kita luncurkan perubahan dengan konsep “cacat sejak lahir”. Naasnya, ide perubahan tak selesaikan persoalan. Khawatirnya malah melahirkan persoalan baru.  Di Indonesia, telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Muncul rasa penasaran, berapa sering kurikulum diubah, dan sampai tingkat mana tingkatan perubahan tersebut dilakukan. Dalam kacamata analisisnya, Prof. Dr. Dedi Supriadi membedakan perubahan kurikulum dalam skala besar dan skala kecil. Menurut beliau, perubahan kurikulum dari tahun 1975 sampai 2004 merupakan perubahan kurikulum dalam skala besar dengan mengubah struktur dan materi kurikulum.  Perubahan tersebut membawa serta perubahan pada berbagai aspek dan dimensi pendidikan, seperti guru, sarana penunjang khususnya buku-buku teks, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, dan peserta didik beserta orangtuanya. Hampir dapat dipastikan, perubahan yang bersifat komprehensif dan berskala besar cenderung mengubah arah dan orientasi praktik pendidikan di semua tingkatan, khususnya di tingkat sekolah. Sayangnya, perubahan kurikulum dalam skala kecil belum dilakukan. Perubahan pada skala mikro lebih mengandalkan pada pengalaman para guru dan praktisi pendidikan dalam menerapkan kurikulum.
Sambil kurikulum berjalan sambil terus diperbaiki. Dampak yang diharapkan lebih bersifat inkremental dan gradual, tidak bersifat menyeluruh dan mendadak.  Guru punya ruang kreativitas yang cukup leluasa untuk mengeksplorasi penerapan kurikulum pada lokasi serta konteks sekolah yang berbeda-beda. Tapi ya itu tadi, Prof. Dedi menyebut pemerintah kita dalam kurun waktu perubahan kurikulum 1975 sampai 2004 amat mudah tergoda untuk mengubah dan memperbaharui kurikulum dalam skala luas (mengubah mata pelajaran sekaligus struktur isinya), dengan kurang memperhitungkan apa akibat serta dampaknya bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Di halaman 177, beliau tegas menyatakan, “Sebagai orang yang tertarik pada sejarah pendidikan, saya berani mengatakan bahwa jauh sejak Indonesia merdeka tahun 1945 atau lebih khusus lagi sejak program-program Repelita dimulai tahun 1967/1970 tatkala pembangunan pendidikan mulai dilaksanakan secara serius, tiga tahun terakhir sejak reformasi bergulir tahun 1998 merupakan periode paling padat perubahan. Dan tahun 2002 adalah salah satu puncak diluncurkannya berbagai perubahan yang dimaksud”. Jika kita cermati perubahan ekstrim di tahun 2002, beberapa inovasi pendidikan yang mendominasi panggung pendidikan yaitu Pendidikan Berbasis Luas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Sekolah, Ujian Akhir Nasional pengganti EBTANAS, pembentukan Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan problematikanya sendiri. Fenomena menarik di saat itu, perubahan itu umumnya memiliki sifat yang sama, menggunakan kata berbasis (based). Serba berbasis, gejala apa?
Puluhan tahun hidup dalam sistem yang serba sentralistik memberi pengaruh atas lahirnya kebijakan pendidikan yang bersifat top-down. Karena sudah terbiasa “disuapi”, mentalitas dan kemampuan berinovasi menjadi persoalan amat serius. Pendidikan seakan-akan hanya milik pemerintah dan masyarakat “ngontrak”! Pengambilan keputusan seakan-akan hanya milik birokrasi pendidikan. Sekolah dan pengelola pendidikan di tingkat lokal seakan-akan hanya pelaksana belaka dari apa maunya orang di atas.  Persoalannya, pembaharuan kurikulum akan berjalan mulus andai bisa diterapkan di tataran praktis pendidikan. Nah lho, siapa bisa jamin guru dan stakeholders pendidikan paham dan prigel bagaimana cara menerapkan kurikulum di lapangan? Apakah mereka juga punya rasa kepemilikan atas lahirnya kurikulum yang diperbaharui?
Belajarlah membaca tanda-tanda zaman. Prof. Dedi, satu dari sekian banyak orang yang dianugerahi keistimewaan ini. Latar belakang hidupnya sebagai guru, membantu beliau bisa membaca tanda-tanda pembaharuan kurikulum bisa berjalan di tempat. Apa pasal bisa demikian?
Simak pernyataan beliau yang termaktub masih di Buku Membangun Bangsa Lewat Pendidikan, “Sebagian besar guru mengaku, untuk menghafal arti istilah-istilah itu –istilah dalam kebijakan pendidikan yang berbau kata serba berbasis– saja sudah tidak ringan, apalagi melaksanakannya secara serempak, sementara mereka telah begitu banyak dibebani bermacam-macam tugas. Lucunya lagi, cara mengucapkan dan menuliskannya pun kadang-kadang keliru. Misalnya, “based” ditulis “base”, “best”, “bus”. Fullan & Stiegerbauer (1991: 33) dalam The New Meaning of Educational Change mencatat bahwa setiap tahun guru berurusan dengan sekitar 200.000 jenis urusan dengan karakteristik yang berbeda. Dan itu merupakan sumber stres bagi guru. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh (burnout). Akibat lainnya adalah di banyak negara, sebagian besar guru cenderung resisten terhadap perubahan, antara lain karena tugas-tugas rutinnya sendiri telah begitu bejibun”. Inilah cara beliau membaca tanda-tanda zaman.
Mana mungkin perubahan kurikulum bisa diterapkan jika ditangani guru yang stres dan resisten dengan lahirnya perubahan itu sendiri. Catat, tak untuk digeneralisir, pengalaman berjumpa dengan guru-guru di berbagai daerah pasca ditetapkannya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), mereka terang-terangan sampaikan masih ada saja yang kebingungan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
Bahkan, ketika berjumpa guru-guru di Maluku Tenggara di pertengahan tahun 2009, mereka tanpa malu-malu bilang baru mendengar istilah Kurikulum 2006. Padahal, 3 tahun silam sudah disosialisasikan secara bertahap ke seluruh stakeholders pendidikan di Indonesia. Alamak apa saya tidak stres jadinya. Tragedi semacam ini tak boleh terulang.
Sekarang, di penghujung tahun 2012, kencang berhembus kabar akan adanya perubahan kurikulum yang lebih fokus pada upaya pembentukan karakter. Ada apa lagi dengan kurikulum kita? “Kurikulum” kita kembali jadi korban yang tergugat akibat dari dugaan gagalnya sistem pendidikan mengatasi banyak persoalan.
Mengapa harus kurikulum? Apakah soal kualitas guru, birokrasi yang sehat, akses pendidikan, dan aspek pendidikan penting lainnya sudah selesai dituntaskan? Tas tas tuntas pokoknya. Ingat, persoalan kurikulum tak berdiri sendiri. Ada hubungan saling terkait satu sama lain.
Saya menangkap ada pesan yang hendak disampaikan Prof. Dedi bagi kita semua dalam menyikapi soal perubahan. Apapun namanya, perubahan, inovasi, pembaharuan dan istilah sejenis lainnya menjadi kata kunci yang ditinggikan, diucapkan dengan penuh khidmat, bahkan “diberhalakan” seakan-akan segalanya. Tapi tak berarti itu semua menjadikan kita kehilangan kekritisan dalam menanggapi ide perubahan atau menjadi tak realistis dalam menggagas perubahan.
Perubahan bukan hanya untuk perubahan, melainkan untuk tujuan lain yang lebih tinggi, mulia, dan bermartabat. Perubahan adalah alat, bukan tujuan. Jangan sampai mengalami disorientasi dalam menggagas dan mengelola perubahan, termasuk dalam soal pendidikan.


Sumber : Republika.co.id dan Redaksi

1.000 Guru untuk Bangun Minat Siswa pada TIK

Sebanyak 1.000 guru akan dilatih untuk mempersiapkan 50.000 siswa di sekolah menengah yang ada di seluruh Indonesia agar sukses berkarier sebagai praktisi teknologi dan informasi yang handal. Ini diharapkan bisa menjadi jawaban bagi kebutuhan lokal terhadap tenaga kerja teknologi yang terampil. “50.000 siswa ini tersebar di 500 sekolah yang menjadi tahap awal sasaran program ini. Harapannya sekolah-sekolah ini dapat menjadi sekolah inti yang kemudian menarik sekolah lainnya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, di Gedung D Lantai 3 Kemdikbud, Jakarta. Pelatihan ini termasuk dalam program yang disepakati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan PT Oracle Indonesia melalui nota kesepahaman (MoU) untuk menerapkan Kurikulum Pengenalan Ilmu Komputer Oracle Academy di 500 sekolah. Menurut Hamid, seiring dengan perkembangan zaman, penting bagi Indonesia untuk mempersiapkan generasi yang siap menjawab tantangan global melalui teknologi, informasi dan komunikasi.
“Ini salah satu langkah yang kami ambil untuk mendorong pengetahuan dan minat siswa pada ilmu komputer dan teknologi,” tambahnya. Untuk penyebarannya, Hamid masih akan membahas dengan pihak-pihak terkait sehingga belum diketahui berapa jumlah SMA dan SMK yang akan dijadikan sekolah inti dari 500 sekolah yang disasar program ini.
“Segera akan dibahas untuk jumlah SMA dan SMK yang akan dituju dari kuota 500 sekolah ini,” tandasnya.



Sumber : Kompas.com dan Redaksi

Tips Lulus Dalam SNMPTN

Ujian Nasional sudah di depan mata, Selain mempersiapkan UN, pasti kalian juga sudah mulai mempersiapkan untuk menuju ke tahap berikutnya yaitu SNMPTN. Persaingan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) itu sangat ketat karena secara umum PTN tetap menjadi pilihan utama sebagian besar lulusan SLTA/SMU jika dikaitkan dengan pertimbangan kualitas dan biaya.
Oleh karena itu, agar dapat masuk ke PTN pilihanmu maka kamu harus dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ada beberapa tips yang dapat kamu terapkan untuk menembus SNMPTN antara lain :
1.  Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Jika kamu sudah memiliki minat yang besar pada sesuatu, misalnya minat untuk masuk jurusan Teknik Mesin, maka kamu pasti akan mempunyai kemantapan hati yang tinggi untuk mencapai keinginan tersebut. Oleh karena itu, niatkan dan mantapkan hatimu untuk meraih impianmu tersebut.
2. Penguasaan Materi
Untuk dapat mengerjakan soal-soal SNMPTN, tidak ada jalan lain kecuali harus menguasai materi/konsep dengan sebaik-baiknya. Hindari belajar terlalu keras sehari sebelum ujian dimulai. Persiapkan diri untuk belajar jauh hari sebelumnya agar ketika ujian, otak kamu akan lebih fresh.Berlatihlah untuk mengerjakan soal-soal SNMPTN tahun-tahun sebelumnya. Biasanya soal SNMPTN bersifat standard an sering kali berulang.
Buatlah target yang jelas pada setiap periode waktu untuk tiap-tiap mata pelajaran. Karena begitu banyak materi pelajaran yang harus kalian pelajari, maka kamu harus bisa memahami konsep-konsep dari setiap mata pelajaran tersebut ecara sistematis. Kemudian ukurlah sejauh mana kemampuan yang sudah kamu miliki. Untuk mengtahui seberapa besar kemampuan yang kamu miliki, kamu dapat mengikuti try-out secara berkala atau melakukan simulasi di rumah. Setelah megetahui nilai yang dapat dicapai, barulah tentukan jurusan dan PTN yang kamu anggap paling tepat.
3. Persiapan Teknis
a.  Jangan lupa untuk survei tempat SNMPTN minimal 2 hari sebelumnya. Pada saat hari ujiannya kalau bisa datangjangan terlalu pagi atau terlambat. Kalau terlalu pagi kamu akan bosan menunggu, kalau dating terlambat akan tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan soal karena terburu-buru waktu dan bahkan kamu tidak akan diijinkan untuk mengikuti ujian. Waktu optimalnya kira-kira 15 menit sebelum masuk.
b.  Persiapkan kartu ujian, alat tulis seperti pensil 2B (jangan lupa bawa cadangan) penghapus, rautan, pulpen, dan papan ujian (untuk mengantisipasi jika ruang ujian tidak tersedia meja yang memadai.
c.  Pilihlah kursi atau tempat duduk yang nyaman untuk mengerjkan ujian. Pertahankan posisi duduk tegak dan rileks jangan terlalu tegang.
d.  Isi formulir dengan tepat dan hati-hati. Tidak boleh kotor, basah, terlipat atau lecek. Karena formulir SNMPTN akan dibaca oleh komputer sehingga hal-hal tersebut sangat berpengaruh.
e.  Kerjakan soal yang kamu anggap paling mudah terlebih dahulu, baru meningkat ke yang sedang kemudian yang sulit, sisakan waktu minimal 15 menit untuk memindahkan ke lembar jawaban. Jika ada soal-soal yang terlalu sulit, jangan memaksakan diri untuk mengerjakannya, segera pindah untuk mengerjakan soal-soal yang lebih mudah, itu akan lebih baik. Jangan memberikan jawaban asal-asalan lebih baik memberikan kosong dari pada memberikan jawaban yang spekulatif.
f.   Jangan terburu-buru untuk meninggalkan ruangan setelah menjawab semua soal-soal ujian, periksa kembali jawabanmu. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa, dan tanda baca (jika terdapat soal essai). Untuk jawaban matematika, periksa kembali bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan decimal).



Sumber : Redaksi dan engineeringtown.com